kakiku yang palsu bukan otakku

Suara ombak yang tak lagi asing ditelinga Kato sore itu menambah semangatnya untuk membaca buku tentang kesehatan yang dibelikan kakaknya, ini adalah hadiah pertama dari kakaknya Titian, sejak kecil Kato yang terbiasa jauh dari keluarganya untuk bersekolah memang suka membaca buku terutama buku tentang medis, sejak kecil Kato bercita-cita menjadi seorang dokter.

Saat ini Kato baru saja menerima pengumuman bahwa dia lulus UN dengan nilai yang sangat bagus, dan kemungkinan untuk diterima di universitas Indonesia pun hampir seratus persen, sebagai seorang anak nelayan yang tinggal di salah satu pulau di Pasaman Barat ini merupakan prestasi yang luar biasa, sejak SD Kato bersekolah dengan beasiswa yang diperolahnya, otaknya yang cerdas dan kegigihannya untuk mencapai tujuan sebentar lagi akan terbayar, rasa bangga dari keluarga dan guru-guru nya menambah semangat Kato untuk terus maju bersaing dengan siswa terbaik se-Indonesia yang juga mengincar jurusan kedokteran di universitas Indonesia.

Kato terhenti membaca saat Rama datang menghampirinya, Rama membawa sebuah map bewarna coklat dan menyodorkannya pada Kato,

“To…….ini ada surat buat kamu”tutur Rama bersemangat, Kato menerima surat itu dan membukanya

“ini berita bagus Ram…aku diterima” teriak Kato, Rama ikut merasakan kebahagian Kato, Rama adalah teman Kato dari kecil. Tapi nasip Rama tidak seberuntung Kato, Rama tidak memiliki otak yang cerdas seperti Kato,sehingga dia harus putus sekolah.

“Aku tau kamu pasti diterima di UI iyakan” tebak Rama

“Yap…..kamu benar, akhirnya semua yang ku mimpikan terwujud, dan sebentar lagi aku akan menjadi dokter” oceh Kato dengan nada bangga, Kato berdiri dan berlari menyusuri pantai, Kato tidak sabar menyampaikan berita ini pada kakaknya, sejak Ayah Bundanya meninggal dua tahun yang lalu, Kato tinggal dengan kakak perempuannya yang benama Titian, walaupun jarang pulang tapi Kato selalu menyempatkan diri untuk mampir kerumah kakaknya kalau ada waktu luang, selain itu Kato sangat menyukai laut di kampungnya, pasir disana masih sangat alami dan udaranya juga masih bersih, tidak seperti di Simpangempat yang semakin hari udaranya semakin kotor, tapi bagaimanapun keadaannya, Simpangempat adalah daerah yang menunjang cita-cita Kato, semua fasilitas pendidikan ada disana walaupun tidak selengkap di ibu kota pvovinsi tapi Simpangempat sudah jauh lebih baik dari pada system pendidikan di kampungnya.

Dengan nafas yang belum teratur Kato memberi tahu kakaknya yang sedang duduk santai di teras rumah

“Kato kamu kenapa?” Tanya Titian heran

“Kak………coba tebak apa yang baru saja aku terima” oceh Kato sambil terus mengatur pernafasannya, Titian mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti

“Kak lihat ini…….” Kato mengulurkan amplop surat yang diterimanya dari Rama, Titian menerima dan membukanya, tiga menit kemudian senyum Titian semerbak keluar, diiringi tertawa yang keras

“kakak bangga sama kamu Kato,…dari dulu kamu gak pernah merepotkan keluarga, dan sekarang kamu diterima di universitas tervaforit, jurusan

kedokteran lagi, jika Ayah sama Bunda masih ada, mereka pasti bangga sama kamu..”kalimat terakhir Titian membuat kenangan pada ayah bunda mereka muncul kembali, dua bersaudara itu mendadak terdiam dan saling memandang iba pada masing-masingnya

“iya…….andai Ayah dan Bunda masih ada pasti mereka akan bangga, dan kebahagian kita akan semakin lengkap, tapi yang gak ada gak usah diingat lagi, yang penting sekarang adik kakak yang ganteng ini, sebentar lagi akan jadi dokter iya kan?” tutur Kato menghibur kakaknya , Titianpun tersenyum dan mengacak-acak rambut adik kesayangannya, suara azan membubarkan percakapan Kato dengan kakaknya, keduanya masuk ke kamar masing-masing untuk mengerjakan sholat ashar.

Suara kokokan ayam membangunkan Kato, Kato segera beruduk dan mengerjakan sholat subuh karena jam enam dia harus sudah siap berangkat. Pagi ini Kato berangkat ke Jakarta, semua keperluan sudah disiapkan Titian sejak tadi malam, soal keuangan Kato tidak kawatir, karena beasiswanya cukup sampai dia tamat di perguruan tinggi, kato menyalami Titian, Rama dan beberapa tetangga yang hadir dihalaman rumahnya, perjalannya di awali dengan naik sebuah perahu menyeberangi lautan, setelah itu baru naik bus ke ibu kota provinsi dan terakhir naik pesawat di bandara internasional Minangkabau,

Perjalann ke Jakarta untuk mengejar cita-cita, sebentar lagi akan sampai, tapi tiba-tiba pesawat oleng dan secepat kilat menukik tajam kebawah, semua penumpang menjerit ketakukan, dan tiba-tiba penglihatan Kato berubah menjadi gelap dan Kato tak tahu lagi apa yang terjadi setelah itu.

Pesawat yang ditumpangi Kato terjatuh di areal persawahan di daerah Jambi, sayap kiri pesawat hancur bersamaan dengan hancurnya cita-cita Kato, kakinya terjepit di salah satu tempat duduk pesawat, Kato mencoba menarik kakinya namun tak bisa, jeritan ibu-ibu yang ketakutan di tambah tangisan anak-anak kecil terus saja bersaut-sautan, keadaan benar-benar kacau, sesaat Kato melihat seorang anak kecil tampak tenang di pangkuan ibunya yang pingsan, bayi itu seolah mengerti kalau ibunya tidak bisa berbuat apa-apa walaupun dia menangis, hal itu adalah hal terakhir yang dilihat kato sebelum matanya melemah dan tertutup, Kato benar-benar merasa sangat lemah. Saat ini otaknya yang cerdas tidak bisa lagi difungsikan hanya pertolongan tuhan yang bisa dia harapkan.

Sinar redup dari ventilasi membangunkan kato dari tidur panjangnya, suara tangisan titian menyambut pandangan kato

“kak….”kalimat lirih dari mulut Kato terucap. Titian mendekap adiknya dan mulai menangis lagi

“Kakak…. pesawat aku jatuh dan ……”sambung Kato, Titian mendekap mulut adiknya pertanda menyuruh berhenti bicara, sesaat setelah itu Kato merasakan sakit yang amat sangat dari kaki kanannya, Titian cemas dan berteriak memanggil dokter,dengan terburu-buru seorang dokter dan beberapa perawat masuk dan menangani Kato, saat ini Kato belum mengetahui keadaan kakinya yang diamputasi karena ada pecahan lempeng pesawat yang masuk ke lapisan dalam kakinya, setelah keadaan kembali normal, Titian kembali menemui Kato di kamar perawatan dalam hati nya mengomel “Tuhan kenapa ini terjadi?, dan kenapa saat ini?, kenapa kau hancurkan harapan adik ku tuhan?. Kami bukan orang yang kafir kami sudah cukup beriman kepadamu, kenapa kau berikan kami cobaan yang sangat berat?, kehilangan kedua orang tua sudah cukup berat bagi kami, kenapa sekarang kau hancurkan harapan adikku” Titian benar-benar merasa putus asa, dia tidak siap melihat reaksi adiknya saat tahu kalau kakinya diamputasi, dengan langkah ragu Titian masuk dan disambut Kato dengan senyuman, Titian sedikit lega dengan senyuman Kato, saat mulut Titian bergerak kelu ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba Kato bersuara dan mengucapkan sesuatu,

“Kak……maaf, aku sekarang tidak bisa lagi jadi dokter, dan menyelamatkan orang lain, mulai sekarang dan seterusnya aku akan merepotkan Kakak, jangankan menolong orang menolong diri sendiripun aku sudah gak bisa” oceh Kato membuat Titian lebih lega, dia sangat bangga dengan pemikiran dan keikhlasan adiknya, Titian tidak menyangka reaksi Kato akan setenang ini. Titian memeluk adiknya dan berbisik

“Kakak tetap bangga sama kamu” air mata kembali jatuh dipipi Titian, kato terlihat sangat pasrah dengan keadaanya, bagaimanapun saat ini tidak ada gunanya meratapi yang sudah terjadi, harapannya untuk kuliah di UI memang sudah pupus, tapi menyelamatkan orang bukan hanya dengan menjadi dokter, banyak cara untuk menjadi berarti bagi orang lain.

Hari-hari berlalu, semua berjalan diluar dugaan, semua cita-cita Kato gak mungkin lagi terwujud, dengan keadaannya sekarang, Kato mencoba tegar, setelah keluar dari rumah sakit, Kato kembali ke kampungnya dipulau Panjang, Kato mendirikan taman baca di kampungnya, beasiswa yang semula direncanakan untuk biaya kuliah kedokteran di UI sekarang digunakan Kato untuk membangun taman bacaan dan membeli sebuah kaki palsu, dengan bantuan kaki paslu itulah Kato menjalani hidupnya yang hampir 100% berubah, tak adalagi kebanggaan, tak ada lagi tawa, tak ada lagi kebahagian, yang tersisa hanyalah sebuah harapan, dengan keadaannya sekarang mustahil Kato bisa kuliah di universitas manapun, selain universitas khusus orang-orang cacat, masa depan yang suram di depan matanya sekarang, tapi dukungan dari beberapa kerabat dan teman-temannya membuat Kato tidak pernah putus asa, dan peluangpun terbuka, setahun setelah kejadian itu Kato kembali mengikuti ujian masuk universitas negeri dan hasilnya Kato di terima di universitas kedokteran UNAND Padang.

“Kak aku ragu, dengan keadaan ku saat ini, mana mungkin aku bisa menjadi dokter, aku takut mereka menganggap ku siswa yang palsu, seperti kakiku ini”tutur Kato pada Titian, Titian memandang adiknya lama dan tersenyum

“Kato….kakimu yang palsu bukan otakmu, kamu harus tunjukan kalau otak yang menentukan segalanya bukan kelebihan fisik, Kakak mau kamu jadikan kekuranganmu saat ini sebagai kelebihan dimata orang lain”oceh Titian memberi semangat pada adiknya,

“baiklah, aku akan buktikan pada semua orang kalau orang yang hanya punya satu kaki juga bisa menjadi seorang dokter”teriak Kato dengan semangat yang menggebu-gebu, Kato yakin pasti pihak universitas punya pertimbangan khusus menerimanya, Kato berniat untuk terus berjuang untuk tidak mengecewakan orang-orang yang berharap banyak padanya.

Langkah yang penuh semangat terus saja berayun menuju gerbang universitas, Kato seolah memasuki sebuah gerbang yang indah, sebuah gerbang yang akan mengantarkan dia pada surga yang yang damai, sebuah gerbang waktu yang akan membawanya kembali kemasa lalu, dimana pada masa itu tertawanya bebas, lepas dan geraknya tak terbendung apapun, sesaat hayalan Kato sirna saat dia terjatuh,kakinya tersandung sebuah batu kecil yang melintang di tengah jalan, saat itu dia sadar kalau dia tidak akan bisa sebebas dahulu, Kato menyadari keterbatasannya dan mencoba untuk tegar dan ihklas, dua orang mengejar dan menghampirinya, dua orang itu mengulurkan tangan untuk membantu kato berdiri,

“terima kasih tapi gak usah aku masih punya satu kaki asli yang bisa membantuku berdiri” tutur kato pada dua laki-laki yang sebaya dengannya itu sopan, kato berusaha berdiri dan melanjutkan perjalanannya, terbersit senyuman rasa kagum dari dua siswa yang ingin menolong kato tadi, senyum itu mengiringi langkah kato menuju masa depannya yang cerah.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATUSANGKAR KOTA PERADABAN

Kenapa menikah harus diatas 30 tahun

Legenda Siti Nurbaya Gunung Padang