Puisi - Puisi

Anak –Anak Darah

Diam dalam taktik dan strategi bertahan hidup
Bicara dengan senapan dan batu di genggaman mungilnya
Melangkah dengan pandangan tajam penuh kewaspadaan
Bermain dengan alunan sang petaka yang memborbardir
Anak-anak darah

Jangan bicara tentang bakat yang mereka punya
Mereka adalah anak-anak pilihan yang  terlahir untuk surga
Jangan tanya untuk apa
Mereka ada untuk kita
Anak-anak darah

Bumi dengan wanita bercadar menyeruak kisah
Pedih, luka dan berdarah-darah
Manusia-manusia yang bicara pada tembok menyiksa mereka
Adidaya memporak - porandakan tanah mereka
Namun
Anak-Anak Darah

Tetap akan ada dan terus ada
Lahir dan terlahir tetap sebagai anak-anak darah
Tetap dan akan terus berdarah-darah
Luka adalah keistimewaan yang mereka punya
Tangisan adalah cara mereka bertahan
Kita adalah harapan yang hanya diam
Dan pada akhirnya
Kita tetap dalam kebimbangan
Bertahan atau bergerak
Anak-anak darah

Tak pernah ada jawaban dari fana nan begitu menggoda
Musuh tidak dengan senapan membuat kita terlena
Derita mereka adalah masalah mereka
Dan mulut itu terus saja berdalih
Hingga anak – anak darah  kembali kepada segumpal darah.

Sulas sky 12 Agustus 2013


Kabut Tak lagi Tipis


Puncak penantian telah di sapa oleh kabut yang tidak lagi tipis
Suara dentuman telah mengisyaratkan untuk berlari
Namun,  kaki kecilnya sudah tak mampu berpijak pada bumi
Jiwa sucinya sudah tak mampu berharap pada langit
Pasrah  dalam arah takdir bertuan yang tak terkalahkan
Pilu dalam luka yang tak tersembuhkan

Kabut yang tak lagi tipis, akhirnya menyapa raganya
Raga yang tak mencapai 1% usia hidupnya
Panas...panas...panas
Dan diapun menghilang dalam arah angin

Sisanya adalah arang yang bercampur darah
Ujungnya adalah jalan yang harus terbenah
Akhirnya adalah generasi baru
Yang bangkit dari tanah yang bercampur darah

Inilah kisah sempurna tanah dengan kabut
Yang tidak selalu tipis

Sulas sky 3 Maret 201



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATUSANGKAR KOTA PERADABAN

Kenapa menikah harus diatas 30 tahun

Legenda Siti Nurbaya Gunung Padang