Kenapa menikah harus diatas 30 tahun



Begini ya.
Jika perhitungan masyarakat kebanyakan umur 30 sudah sangat ketua- an untuk menikah, bahkan ada yang menilai perempuan yang berumur 30 tahun belum menikah itu "Aib Keluarga" krn dianggap "tidak laku" menurut saya itu hanya berlaku dizaman orde baru. Zaman sekarang, yang begitu terang benderang, skin care bertebaran, resep awet muda bersliweran plus disuguhi pilihan yang beragam dan wanita diberi hak yang sama dengan laki-laki. menikah sebelum 30 tahun sayang sekali!

Saya coba contohkan ke diri saya,
Lahir 1990, selesai pendidikan usia 26 tahun (SD 6 Tahun, SMP 3 Tahun, SMA 3 Tahun, S1 4 tahun, S2 2 Tahun ) dan sebanyak itu jugalah hidup saya gunakan untuk pendidikan, disela - selanya saya mengalami yang namanya kisah cinta pertama, patah hati, cinta sebelah hati, mematahkan hati, menikmati indahnya hidup sendiri, perpetualang kesana - kemari, menemukan sahabat sejati dan teman - teman yang tersebar seantaro negeri. Kemudian jika saya menikah dibawah usia 30 tahun, apa kabar diri saya yang sedang bersemangatnya mengkaji dan mendalami ilmu - ilmu yang selama 26 tahun saya pelajari, apa kabar diri saya yang ingin bertamu ke rumah teman di negeri dan negara seberang, apa kabar diri saya yang ingin mengenal lebih banyak perangai orang, apa kabar kebebasan. Pasti harus direlakan. Dan tentu saja say No. Sayang sekali menurut saya. 

Memang demi berbagai alasan, termasuk alasan ikut - ikutan atau takut jadi omongan orang,  kebanyakan perempuan setelah selesai pendidikan memilih menikah. Bahkan, ada yang sebelum wisuda baju hitam (sarjana) sudah punya tanggal wisuda baju merah (menikah). Katanya menikahkan ibadah, lah ibadah kan tidak cuma menikah!. Aku pilih ibadah lain aja sedekah senyuman misalnya kan juga ibadah. Hahaha. (receh banget yak perbandingannya) 🙏😇😅

Kembali ke saya, 26 tahun saya selesai dengan pendidikan! Tapi, saya belum selesai dengan saya. Pendidikan adalah bentuk tanggung jawab saya kepada orang tua karena 100 % biaya berasal dari mereka. Bukan itu saja, kata kebanyakan orang, menyelesaikan pendidikan dengan baik adalah cara membalas budi terbaik kepada orang tua dan alhamdulillah saya berhasil dan saya pikir mereka juga akan menilai diri mereka berhasil. Terlepas tuntutan selanjutnya tentu saja berpenghasil. Hahaha. Itu mah manusiawi adanya. Secara hutang budi dan hutang uang itu mutlak harus dibayar meski hubungan darah sekalian. Untungnya, mak  dan abak saya minta dibayar dengan kembali kerumah saja, meski kaki saya sering kali meronta untuk berkata tidak, tapi saya memutuskan menuruti kehendak itu meski 2 tahun kabur - kaburan dan ngelantur dulu. Pada akhirnya ya nyerah juga. Kembali ke Rumah. (2018 setelah sejak 2009 hidup dirumah orang alias ngeasrama 1 tahun, ngekos 7 tahun, ngontrak 1 tahun) 🏠🏳😉

Menuju 30 tahun dari 26 tahun itu cuma 4 tahun. Saya hanya punya waktu 4 tahun untuk membangun karier dan itu terlalu singkat. Secara, waktu 26 tahun yang sudah habis itu kemudian jika menikah, berarti 26 tahun itu berubah menjadi waktu yang terbuang dan harus beralih untuk anda dan anak - anak kita. Setahun menikah biasanya hamil, umur 30 tahun punya anak 2, paling gede umurnya paling 3 tahunan, otomatis mereka butuh pendampingan penuh dan saya harus tulus tidak boleh mengeluh karena bagi perempuan setelah menikah pengabdian pada suami adalah ibadah menyeluruh. Taat pada suami nomor 1 setelah taat pada Allah dan orang tua yang 26 tahun sudah menghabiskan banyak biaya, waktu dan cinta harus rela menjadi penonton saja. Orang tua pasti akan rela - rela saja, namanya juga orang tua asalkan anak bahagia katanya dalam hatinya siapa yang tahu ya kan?. Bahkan dititipkan cucu juga tidak apa - apa karena wanita berpendidikan yang menikah setelah menyelesaikan pendidikan dengan baik cendrung tidak akan bisa dirumah saja. Mereka akan tetap mengejar impiannya meski harus menitipkan anak - anak pada yang bersedia dan tidak jarang adalah orang tua mereka. Kebanyakan begitu toh, saya tidak mau menjadi kebanyakan begitu. 

Nah, itu jawabannya kenapa saya tidak mau menikah dibawah usia 30 tahun. Tahun ini saya 30 tahun. Target menikah 35 tahun, atau paling cepat 32 tahun. Saat itu saya sudah membangun karier selama 6 tahun artinya sudah lebih 5 tahun dan itu berarti pengabdian saya sudah diakui dan sudah masuk kategori berpengalaman. Pun kalau saya memutuskan berhenti dan menjadi ibu rumah tangga sejati, saya sudah sangat rela. Dalam waktu 6 tahun saya akan selesaikan mimpi berpetualang (alam, hati) karena saya mengaku sebagai saya sang "petualang sejati" di jalan yang benar dunk. 🤣🤣🙏🧘‍♀️

Saya suka Mendaki, berpertualang kesana kemari dan backpackeran, bagi sebagian laki - laki ini hobi yang liar. kalau bukan mereka yang sehobi atau laki - laki yang kuat jiwa dan mental, tidak akan kuat jadi sandaran. Tipe perempuan seperti kami terlalu berat untuk diperjuangkan, sebelum berjuangpun banyak yang memilih mundur karena ekspektasi mereka sering kali kabur dan suka ngelantur plus berhayal sendiri kalau kami ini wanita - wanita keras kepala yang susah diatur. Halooo. Kalau luu suami berarti luu surga kami, selama belum berani menjadi suami, tentu saja sikap kami masa bodo, siapa luu?. Maka harus kuat - kuat dan sabar duluu. Jangan sesekali balik kanan sebelum berjuang secara totalitas dan berjuanglah terangan - terangan karena kami tidak suka laki-laki yang mencintai dalam diam, kemudian melarang - larang tanpa pernah berani bilang sayang atau memberi kejutan cincin bertuliskan nama terang aku dan kamu di hari kemudian, cincin disematkan dijari saat ombak dan sunset bertemu. Aku tuh suka diromantisin kayak gitu loeh. CODE (Waktu magrib tu, jangan lupa ajakin sholat setelah itu) Hahahaha.

Dan 6 tahun bagi saya sebenarnya masih kurang. Mengingat setelah menikah otomatis tidak ada saya lagi, adanya kita. meski banyak yang berpikir tetap bisa jadi diri sendiri kok meski sudah bersuami, lah strong women banget ya. Kapan jadi diri sendirinya?. Waktu Subuh udah pasti udah bangun, siapin sarapan dan keperluan anak dan suami. Habis itu ngurusin rumah, ngurusin keuangan dan lain - lain, pokoknya pelayananlah namanya juga istri, lahir bathin harus diserahin. kalau memilih bekerja juga, tambah lagi kerja, pulang jam 4 sore diselingi jemput anak pulang sekolah. Nyiapin makan malam, belanja kebutuhan bulanan dan bla - bla - bla dan itu siklus berulang, setiap hari akan dijelang.  Saya mah pasti tepar. Pakai pembantu, iya laki luu kaya, kalau kagak kan bahaya. Intinya ya saya kalau jadi istri maunya jadi manajer rumah tangga aja. Semua pelayanan dasar harus saya yang turun tangan, karena saya tipe orang yang tidak mau suami dan anak di sentuh tangan orang lain (tipe pencemburu saya) Udah pasti istri idaman ya kan. Full servis banget dech. Tapi suami saya harus bekerja keras nyedian bajed cukup dan berlebih untuk saya. Bulanan minimal 10 juta cukuplah. Dan jangan lupa harus setia, semoga dapat begitu amiin. 

Nah loeh, rencananya begitu. Dan semoga terlaksananya begitu, karena doa saya begitu. Siapa yang nanti akan menjadi suaminya. Tentu saja dia dengan syarat dan ketentuan berlaku, syarat utamanya bisa bikin jatuh cinta dulu. Saya suka laki-laki posesif, dominan dan pemarah tapi terarah. Aku tu suka diposesifin karena laki - laki posesif itu sayangnya level dewa biasanya. Berlebihan!. Jangan kan orang, sendok garpupun bisa dicemburuin. Kan lucu laki - laki seperti itu. Secara aku kan orangnya cuekkk banget tapi pencemburu, hahaha. (Sahabat gw pasti marah baca ini) 

Jd kesimpulannya, kenapa menikah harus diatas usia 30 tahun, selain supaya siyap lahir batin, waktu yang dihabiskan juga bisa direlain. Begini ngitungnya. Menikah 30 tahun dan mati 60 tahun. Artinya 1/2 hidup akan dilalui bersama. Bosan nggak tuh. Itu kalau matinya 60 tahun, kalau panjang umur alhamdulillah astafirullah ya. Kalau menikah dibawah 30 tahun, mati 60 tahun. lebih 1/2 hidup dilalui bersama. Bosan level dewa - dewi dunk, apalagi salah nemu jodoh, terus bertahan demi anak, rumah tangga rasa neraka dunk!. Diselingkuhin pun pasti perempuan pasrah aja secara demi anak katanya (ingat film drakor pelakor : Taikkk ohh)  Prettt lah ya. 

Kebanyakan cintakan membutakan atas nama cinta hayoookk lah, dr pada bermaksiat. Apalagi ABG labil tu, sering kali kagak nahan, mau mencoba banyak hal terus tiba - tiba kebobolan. Pun perempuan matangpun diatas 25 tahun, Sering nggak kuat godaan apalagi si babang tampan dan mapan terus datang dengan penuh rayuan. Dijadiian istri ke 2 pun hayook aja. Dasar perempuan kebanyakan! Hahaha, Iman tu kuatin, biar nggak kebelet hanya karena bisikan sayang ditelinga atau sentuhan dipaha. Plus janji semanis madu. laki - laki mah nggak hamil, nggak beranak dan nggak wajib ngurusin anak. Mereka makhluk istimewa yang tidak bisa hidup tanpa perempuan, kamu harus tahu titik lemahnya yaitu dicintai disayangi, dimanjakan dan diservis luar dalam dengan sepenuh hati, kalau nggak begitu, ya dia nyari perempuan baru lagi. jajanan katanya. Kamu dijadikan rumah bahkan mungkin akan dirumahkan. Sementara dia  masih punya banyak waktu luang berpetualang. Prett lah, sayang sekalikan nikah diusia dibawah 30 tahun. Apakah kamu setuju!. 

Komen aja !. Boleh pro, boleh kontra. Kan saya cuma nulis aja berdasarkan apa yang saya cerna, pahami dan tuliskankan. Kalau ada yang bilang saya perawan tua, biarin ! dari pada muda - muda udah nggak perawan hahahaha, Opp anak kecil jangan baca !. 🙏😅🤣

Catatan sulassky
2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATUSANGKAR KOTA PERADABAN

Legenda Siti Nurbaya Gunung Padang