KISAH SANG GURU TERDEPAN DIUJUNG TIMUR NEGERI
KISAH
SANG GURU TERDEPAN
DIUJUNG
TIMUR NEGERI
(Inspirated
by : Prima Rahma Dini SM3T Angkatan V Merauke)
Berangkat : 20 Agustus 2015 |
“Dulu
kalau mendengar nama Merauke takutnya setengah mati, sekarang kalau mendengar
nama itu rindunya setengah mati” kalimat seperti itulah yang keluar dari mulut Dini. Dia salah
seorang peserta SM3T angkatan 5 yang bertugas di Merauke. Katanya lagi negeri
merauke itu unik. Sebagian wilayahnya gersang dan sebagian lagi sangat subur
dan disana tidak ada gunung. Kebanyakan lumpur dan kalau musin kemarau bisa
sangat kering.
Atas
nama cinta terhadap negara para guru – guru muda itu rela meninggalkan sahabat
dan kerabat menuju sebuah daerah yang awalnya mereka takuti. Takut karena jarak
yang sangat jauh, takut bertemu orang-orang asing yang mungkin tidak satu agama
dan tidak satu suku namun dibalik itu semua mereka adalah satu Indonesia. Ketakutan
itu terkalahkan karena cintanya kepada tanah air Indonesia jauh lebih kuat
dibandingkan rasa takut itu sendiri.
Setahun
yang lalu. Saya tahu betul perjuangan seorang Dini. Belajar untuk menghadapi
ujian demi ujian tulis. Kemudian lolos pada tahap-tahap selanjutnya dan
perjuangan semakin berat. Ada banyak pendaftar hingga pada akhirnya dia
dinyatakan berhasil menjadi angkatan ke 5 SM3T dan ditugaskan ke Merauke. Sebagai
sahabat yang bisa dilakukan adalah memberi selamat dan semangat. mengantarnya
ke Bandara dan sesekali mendengar suaranya lewat sambungan telpon. Beberapa bulan
dia terus memberi kabar dengan postingan media sosial yang kadang bertubi-tubi
muncul dalam satu hari karena memang hanya daerah tertentu yang memberikan
sinyal internet yang bagus.
Pada
hari kepulangannya adalah hari dimana setahun yang sudah berlalu. Haru biru, ceritanya
banyak orang – orang yang mereka temui, murid-murid yang baik hati dan sahabat –
sahabat senasib dan seperjuangan. Harus berpisah pada suatu waktu, sesaknya
sama dengan harus pergi dari kampung halaman.
“Merauke
adalah kampung halaman ke 2 yang rindu kepadanya sama dengan rindu kepada
kampung halaman tempat aku dilahirkan” begitu katanya.
Memang
akan sangat sulit menghadapi perpisahan karena 365 hari bukanlah waktu yang
singkat untuk mengukir memori. Ada banyak alasan kenapa tanah Merauke
dirindukan. Selain kenangan, orang-orang baik dan alam yang unik ada mimpi
anak-anak didik yang tidak akan cukup waktu satu tahun untuk di wujudkan. Bagaikan
jembatan sang guru – guru muda hanya membantu menyebrangi sungai, sesampai di
seberang sang anak didik harus mencari jalan sendiri yang jauh lebih berliku
dan lebih panjang dan pengabdianpun dikatakan usai meski belum selesai.
Welcome Home Dini
Terima kasih sudah baik – baik saja di sana dan
kembali kepada kami
Kembali : 7 September 2016 |
Komentar
Posting Komentar
Nah, setelah membaca ingin menyampaikan sesuatu dunk, silahkan !! dan terima kasih sebelumnya :)