Imposible perfeck (CERPEN)
“Woi…apa kabar Bro?” sapa Raehan pada teman-teman
cowoknya yang lagi mojok di salah satu sudut kampus, semua membalas dengan
senyuman tulus, tapi kali ini Rae hanya tertuju pada senyuman dari Ivan yang
duduk paling kiri
“Van…..sini bentar” Rae menarik tangan Ivan untuk
menjauh dari yang lain,
“Ada
apaan sich,?” tanya Ivan agak bete karena gak terima di tarik-tarik,
“Aku mau ajak kamu makan, ayok…” tanpa menunggu jawaban Ivan, Rae lansung menarik Ivan ke kantin, karena si Ivan juga lapar dia tidak bisa
menolak. Sesampai di kantin mereka memesan makanan kesukaan masing-masing
“Van…kamu mau nambah sepuluh nggak apa, pokoknya aku yang
bayar”ungkap Rae bersemangat,membuat Ivan mulai curiga
“Pasti ada apa-apanya ni, tumben kamu baik banget,
biasanya kan
kamu perhitungan bangat” tanya Ivan, Rae menyantap satu tusuk sate yang baru dihidangkan sebelum menjawab
pertanyaan Ivan
“Van kamu kan
kenal dekat sama Dana, so…kamu bisa dong tolongin aku buat ngedekatin
dia?”mendengar tuturan Rae Ivan jadi keselek, Rae segera mengambilkan minum,
semenit kemudian Ivan sembuh
“Dana?, nggak salah tu? Rae. Mustahil kalau kamu mau Dana
suka sama kamu?”
“Kenapa?”
“Aku sudah lima tahun sahabatan sama dia, aku sudah tahu
banyak tentang selera dia, dan kalau soal cewek, dia paling suka cewek yang
perfeck, cantik, lembut, pokoknya cewek banget deah,”tutur Ivan membuat kuping
Rae panas
“Iya. Aku tau kok, tapi di coba aja, siapa tahu dia
berubah dan bisa menyukai aku apa adanya”
“mustahil, itu gak mungkin, kecuali kamu yang
berubah”saran Ivan, kening Rae jadi berkerut karena merasa tidak sanggup
“Van.. gimana kalau kamu mencoba mencari tahu tentang
menilaian dia pada aku, nanti jawabannya akan jadi pertimbangan buat aku, kalau
memang aku harus berubah, nggak masalah, pokoknya buat Dana apa sich yang nggak”
“Cieh….Ok aku akan bantu”putus Ivan yang membuat Rae
senang, saat ini Rae merasa sangat yakin dengan keputusannya untuk
habis-habisan mencapai cinta Dana yang hampir setahun terpendam di dalam hati.
Pertemuan di lapangan basket kampus setahun yang lalu membuat Rae benar-benar
jatuh cinta pada pandangan pertama, namun saat itu Rae tak punya keyakinan pada
perasaannya sendiri, cinta pertamanya yang
berakhir dengan tragis membuatnya sulit untuk mengartikan perasaannya
sendiri, Rae kehilangan cinta pertamanyanya saat kelas tiga SMA, Kenji
meninggal karena over dosis narkoba, padahal Kenji sangat sempurna dan setia,
kesedihan yang mendalam itu membuat Rae tak lagi memperhatikan penampilan dan
sekarang dia berubah jadi cewek yang tomboy dan urakan, tak ada lagi sisi
ceweknya bahkan Rae lebih suka berteman denga cowok dari pada cewek, dan Rae paling suka berteman dengan cowok pemakei, tujuannya hanya satu untuk membuat
orang itu berhenti makei.
“Rae…apa-apaan ini” teriak sang mama saat melihat alat
make up nya rusak, dan Mama makin histeris saat melihat wajah Rae yang menor,
“Kamu lucu banget, kayak anak TK lagi belajar make
up”oceh Mama sambil tertawa
“Kayak anak TK?, bukan ini sudah cantik Ma?”tanya Rae
karena Rae merasa make upnya sudah sangat pas, cuman kalau alat-alat make up
nya menang sedikit hancur
“Kamu mau kemana dengan make up menor begitu?, mau ikut
ketoprak humor? Atau mau manggung di pentas dandut?”tambah mama dengan tertawa
yang masih terdengar, Rae menatap wajahnya sekali lagi dicermin, Mama makin
tertawa,
“Ih…..susah banget sich make up, Mama ajarin dong,
jangan cuma tertawa” Rae berdiri dan menuju ke kamar mandi, Rae mencuci
wajahnya untuk menghilangkan Make up, Mama mengikutinya dan mulai berhenti
tertawa
“Rae kamu jatuh cinta ya? Mama senang kamu bisa
melupakan Kenji” Rae terdiam mendengar nama Kenji, otaknya kembali pada
kenangannya dengan Kenji,
“Kenji akan selalu ada dan tak akan pernah terlupakan Mama,”ucap Rae lembut, sang Mama memeluk anaknya, Mama dapat merasakan perasaan sedih yang dirasakan Rae.
Rae melepas pelukan Mama saat sadar jam ditangannya sudah menunjukan pukul
empat sore
“Ma…Rae mau ketemu Ivan,” Rae segera mengambil jaket di
lemari dan meluncur dengan motor besarnya ke Gor kampus, di area parkir kampus
terlihat Ivan sedang menunggu, Rae segera memarkir motornya dan menghampiri
Ivan
“Ah….kayaknya nggak akan bisa” keluh Ivan saat Rae
menghampirinya
“Emang dia bilang
apa?”
“Dana bilang. Kamu
lumayan, tapi dia gak suka sama kamu”
“Cuma itu?”
“Rae, malam ini Dana mau ketemu sama kamu di kafe bukit”
“Ketemuan?”
“Karena aku malas jadi penghubung, jadi aku bilang saja
kamu suka sama dia dan kamu mau ketemu malam ini di kafe bukit. Kalau kamu mau
kepastian kamu harus datang” Rae tak mengerti dengan apa yang dilakukan Ivan,
Rae mulai sedikit emosi karena Ivan sudah seenaknya
“Van…kamu menjual nama aku, kamu bohong?”
“Aku cuma ingin kalian bicara, maksud aku baik kok”
jelas Ivan, Rae menggeleng-gelengkan kepala tanda tak setuju, tiba-tiba lima cowok
menghampiri mereka suasana yang hampir tegang akhirnya pecah dengan ajakan lima cowok itu buat main
basket. Rae yang hobi basket langsung setuju dan ikut bermain dengan lima cowok itu, sementara
Dana ternyata juga ada di lapangan,. Walau seditik ragu Rae tetap melanjutkan
bermain basket dengan teman-teman cowoknya.
Kali ini terlihat sedikit keanehan pada Dana, dia tidak konsen dan selalu menyalahkan orang lain saat tidak berhasil memasukan bola.
Benar-benar emosian dan tidak stabil, entah apa yang terjadi pada diri Dana,
Rae mulai menyadari perubahan itu saat berpapasan berebutan bola dengan
Dana. Dana melotot tajam padanya dan langsung keluar dari lapangan, Rae jadi
yakin kalau perubahan tingkah Dana berasal dari dirinya. Babak pertamapun
berakhir, Ivan segera menghampiri Rae yang mengasingkan diri dari keramaian,
duduk sendirian di pojok lapangan sambil memadangi Dana dari kejauhan
“Rae….kamu gak apa-apakan?” tanya Ivan memastikan
“Ha…..kayaknya aku ada apa-apa saat ini. Aku gak mau
bertemu Dana malam ini , jawabanya sudah terlihat jelas tadi” jelas Rae
menerangkan semua yang dipikirkannya
“Rae….Rae. semangat dong, jangan menyerah gitu, katanya
kamu suka sama Dana, tapi sekarang tindakan menyerah sebelum berperang
kamu mebuktikan hal lain”
“bukan begitu Van, kamu lihat nggak tadi, menatap aku
saja dia nggak mau, itu menandakan dia gak suka sedikitkpun padaku, padahal
sebelum kamu bilang sama dia hubungan kami baik-baik saja”
“Itu tandanya dia punya sesuatu, hingga dia merasa nggak
nyaman sama kamu saat dia tahu kalau kamu suka padanya, he…he…..masuk akal kan ?” ucapan Ivan yang
tidak terlalu dimengerti oleh Rae, punya sesuatu sehingga dia gak nyaman sama
aku? Tanda tanya besar di otak Rae. Rae butuh penjelasan yang lebih dari
sekedar keterangan dari Ivan, untuk itu Rae memutuskan untuk memberanikan diri
menemui Dana di Kafe bukit malam ini.
Waktu berlalu sangat cepat, hingga waktu pun beranjak
malam, matahari sudah mengbiaskan warna orange di sepanjang garis pantai, Rae
sampai di rumah yang kemudian dilanjutkan dengan membersihkan dirinya di kamar
mandi, otaknya selalu berpikir tentang hal yang akan dialaminya bersama Dana
malam ini.
“Kenji kenapa kamu harus pergi, dan kenapa aku harus
suka pada Dana? Aku tahu ini yang kamu mau, dan saat inilah yang paling aku
tunggu, saat dimana aku memikirkan seseorang selain kamu yang telah pergi dan
tak mungkin kembali, tapi dia terlalu sulit untuk ku taklukan, dia sama
sepertimu, wajahnya, hobinya dan sikapnya hampir seratus persen mirip sama kamu,
mungkin inilah yang membuat aku suka padanya,..tapi kenapa aku jatuh cinta
pada orang dengan tipe yang sama untuk kedua kalinya, apakah aku terlalu bodoh
bersedia jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kali nya, meski lubang itu
terlihat jelas di depan mataku,” renungan panjang Rae di kamar mandi mengantarkannya pada waktu yang tak terasa ternyata sudah menunjukan pukul delapan
malam. Janji dengan Dana malam ini pukul setengah delapan, Rae kaget dan
langsung mempercepat semua tindakannya, setengah sembilan kurang Rae selesai
dan segera pergi dengan motor besarnya, perjalanan yang tidak terlalu jauh,
hanya memakan waktu sepuluh menit Rae sampai di Kafe bukit, turun dan mencari
keberadaan Dana, di tepi kiri arah Barat laut tampak Dana sedang sendirian
memandangi pemandangan kota yang terlihat jelas dari posisinya,
“maaf aku telat” kalimat pertama dari Rae dengan nafas
yang belum teratur, sikap dingin nampak jelas dari wajah Dana, Rae jadi makin
ciut, tangannya diungin diikuti dengan seluruh tubuhnya, detak jantung yang
sangat tidak stabil, Dana berdiri dan mempersilahkan Rae duduk. Rae langsung
duduk dan terus saja gelisah, tidak tenang sama sekali
“Hey….jangan terlalu menampakkan rasa suka pada seorang
cowok” kalimat pertama dari mulut Dana membuat Rae terdiam seperti patung,
tanganya semakin dingin, membeku seperti es, Rae tidak berkata apa-apa, dia
hanya mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas panjang dan
memejamkan matanya,
“Rae kamu bodoh, kamu harus bisa tenang….tenang Rae!’
perintahnya pada diri sendiri
“Hay….kamu seperti anak SMA lagi jatuh cinta, memangnya
seberapa besar kamu mencintai aku” Kalimat kedua Dana. Yang membuat Rae makin
tidak tahu harus bicara apa-apa, ternyata tidak hanya wajah dan gaya
saja dari diri Dana yang mirip Kenji, cara bicara dan cara memperlakukan cewek
Dana dan Kenji benar-benra sama, lugas tanpa basa – basi. Pikiran Rae
yang mulai membanding-bandingkan. Dan cara mendapatkan orang seperti ini sudah
sangat jelas diotak Rae
“aku salah orang”akhirnya kalimat itu muncul begitu saja
secara spontan dari mulut Rae, kening Dana berkerut sangat rapat tanda tidak
mengerti akan ucapan yang baru saja didengarnya
“Apa?” tanya Dana minta penjelasan
“aku salah orang”
“maksudnya apa sich. Salah orang? Apa yang salah orang?,
jadi yang di maksud Ivan ada cewek bernama Rae menyukai aku itu bohong?”
“Dana aku pikir kamu itu cool, menghormati cewek dan
sangat pantas untuk aku perjuangkan, dan sangat pantas jadi pengganti Kenji,
ternyata aku salah. Kamu itu kasar, bodoh dan gak banget deah, kamu gak ada
apa-apanya dibanding Kenji, aku salah orang” kalimat Rae yang tetap tidak
dimengerti Dana,”
“Pengganti Kenji? Siapa kenji? Dan kenapa aku?”
pertanyaan dan pertanyaan. Rae langsung berdiri dan pergi meninggalkan Dana, Dana menjadi kesal karena tidak mendapat penjelasan, Dana mencoba memanggil Rae
namun Rae tidak berbalik sedikitpun, dia langsung menghampiri motornya dan
pergi dengan sangat cepat. Dana yang mulai kesal langsung menghubungi Ivan
“Halo Ivan…..Rae benar gak sich suka sama aku? “
“Emang kenapa?..”
“dia itu aneh, saat aku tanya dia malah diam, diam dan diam
dan sangat dia mgomong, omongannya sangat tidak aku mengerti, dia menyebut nama Kenji dan dia bilang aku tidak pantas jadi penganti Kenji, Kenji itu saipa dan
apa hubungannya sama aku?.
“aku tidak tahu banyak tentang seorang Kenji tapi yang
pasti dia seseorang yang sangat berharga bagi Rae, aku juga tidak tahu dimana Kenji sekarang yang aku tahu hanya dia adalah cinta pertama Rae”
“trus apa maksudnya ini semua?” kebingungan yang
bertubi-tubi diotak Dana, sementara Rae saat ini berada di tempat dia dan Kenji
biasanya menghabiskan waktu, di sebuah tempat yang mereka sebut Taman Bintang,
tidak terlalu jauh dari kafe bukit, sebuah bukit yang di bangun sebagai tempat
memandangi langit, bukit yang dibangun
pemerintah untuk mengamati rasi bintang, Rae punya akses masuk karena semenjak SMP dia terbiasa ke sana bersama Kenji yang punya tetangga bekerja di tempat
itu sebagai penjaganya atau lebih sering di sebut satpam
“Rae…sudah lama tidak kesini?’ sapa bapak-bapak separo
baya itu ramah”
“Eh…..Bapak, apa kabar Pak?” jawaban yang tidak
nyambung. Hanya itu yang bisa diungkap Rae saat ini, diotaknya seakan-akan
kenangan akan Kenji satu-persatu muncul. Dana benar-benar mirip kenji, dan pantaskah Rae memperjuangkan Dana hanya karena dia mirip dengan Kenji bukan karena jatuh
cinta. Karena tak mendapat tanggapan lebih Bapak-bapak itupun
pergi dengan senyuman penuh pengertian, bapak itu seakan mengerti kesedihan Rae,
malam semakin sunyi, HP Rae berbunyi dan nama Dana muncul, namun Rae tidak ingin mengangkatnya. Kesendirian dan pikiran yang penuh dengan Kenji membuat Kenji benar-benar datang. Antara percaya dan tidak. Ini sering terjadi saat
pikiran Rae hanya tertuju pada Kenji, bayangan yang seakan-akan nyata tentang
sosok seorang Kenji muncul dan bicara denganya
“Kenapa bingung lagi?” tanya Kenji dibarengi senyuman
yang sangat khas
“Kenji, salahkah aku jika menyukai orang lain karena dia
mirip dengan kamu?’tanya Rae penuh harap akan jawaban
“ntahlah, tapi yang pasti saat kamu ingin bersama
seseorang . kamu tidak boleh memikirkan orang lain, apa kamu bisa bersama orang
itu tanpa
memikirkan aku?” Rae menggeleng.. Kenji membelai rambut Rae. Kenji sangat mengerti
kebimbangan dalam diri Rae, perasaan tenang dan nyaman meski hanya bayangan Kenji benar-benar nyata di sampingnya saat ini, sangat terasa belaian itu
dan suara itu benar-benar ada di otak Rae.
“Jadi apa yang harus aku lakukan, sementara aku sangat
menginginkan dia”
“Karena dia mirip dengan aku? Rae semirip apaun seseorang, pasti dia punya perbedaan, coba kamu cari itu dan tanyakan pada diri kamu
apakah kamu masih menyukai dia, jika jawabanya nya iya berarti kamu menyukainya dengan tulus bukan karena dia mirip dengan aku”.
Suara Bapak penjaga bukit membangunkan Rae dari
tidurnya, dan Kenji pun lenyap. Akhirnya Rae kembali pada kehidupan yang
normal dan sadar kalau Kenji hanyalah bayangan, mimpi yang datang sebagai
pengobat hati dan petunjuk, melangkah keluar di barengi senyuman pada Bapak yang
baru saja menghapus bayangan Kenji.
Kembali ke rumah adalah tujuan Rae. Rumah adalah
satu-satunya yang membuat Rae bisa bertahan sampai sekarang, bunda, ayah dan
kakaknya adalah orang yang membuat Rae ,memutuskan untuk tetap hidup, meski
separuh jiwa dan semangatnya pergi. Bukan cinta yang berlebihan namun rasa sebuah
rasa yang sulit untuk diartikan meski keyakinan akan tuhan masih dipegang
teguhnya namun Kenji adalah penggoyang iman yang dasyat saat kematianya. Pikiran untuk mengakhiri hidup pun muncul saat itu dan orang tua dan keluargalah
yang memagarinya dari dosa sepanjang abad itu,.
Kembali pada kehidupan kampus. Duduk
mendengarkan ceramahan dosen selama 1 jam cukup membuat jenuh, namun harus
dilakoni. Jam ditangan Rae menunjukan pukul 09.40 dan proses perkuliahanpun
selesai. Tdak ada lagi jadwal membuat Rae memutuskan untuk kembali kerumah.
Namun panggilan dari Ivan membuatnya berhenti melangkah, saat menoleh ternyata
tidak hanya Ivan tapi Dana juga ada.
“tanggung jawab ya Rae!”
“maksudnya?”
“kamu jelas-jelas kemaren bilang kalau
suka pada Dana, eh kenapa tadi malam malah bilang salah orang”
“memang ada pengaruhnya?”
“adalah....”potong Dana tiba-tiba
membuat Rae dan Ivan heran
“maksud aku......kalau bicara harus
dipikirkan dulu, jangan bentar-bentar bilang suka sedetik kemudian bilang nggak,
kan nggak baik”
“ohhh.....giitu, tpi kayaknya kamu
suka sama aku” rayu Rae dengan kerlipan mata menggoda
“enak aja. nggak ....”
“Yakin?”
“kalau kamu lebih feminim dikit
mungkin bisa jadi iya”
“ohh ya, kalau gitu pacaran saja samo Julia
no. Dia kan cuantik dengan topeng lima sentinya”
“kamu...”Dana terlihat terpancing,Dana tidak sadar dengan strategi Rae. taktiknya seorang Dana akan mudah ditaklukan apabila tidak dipedulikan,
wataknya sama dengan Kenji
“Dana aku minta maaf, sepertinya aku
harus mengakuinya sekarang, begini, dulu aku punya cowok namanya Kenji, dia
sama persis sama kamu, bahkan wajahnya juga hampir mirip. Awalnya aku pikir aku
suka pada kamu karena kamu mirip dia, memang kenyataannya seperti itu ternyata. Tapi
tidak usah dikhawatirkan, Kenji sudah meninggal yang sekarang aku suka menang
kamu dan meski awalnya karena kamu mirip, terakhir aku sadar kamu punya hal
yang lebih dibanding Kenji”
“apa?” tanya Dana memastikan
“kamu lebih jelek dibanding dia” tawa
keluar dari mulut Ivan dan Rae, Dana jadi terpojok
“aku juga gak suka sama kamu”
“yang bener?”
“aku gak suka sama kamu”
“yakin?”
“Rae kamu kenapa sich suka sekali
mempermainkan orang?, aku gak suka sama
kamu, tapi aku bisa berhenti memikirkan kamu setelah kejadian malam itu” tawa
kembali lagi pecah dari mulut Rae
“ya sudah berarti kamu suka sama aku”
“Kenji?, dia sama dengan aku, dan
kamu suka pada sosok aku karena dia kan?’
“kamu takut bersaying sama orang mati?”
“bukan begitu, itu artinya kamu tidak
perfeck cinta sama aku”’
“ya sudah kita berteman saja. Kalau
jodoh nggak bakalan kemana, aku masih harus melakukan sesuatu untuk banyak orang
dan aku sudah putuskan untuk tidak punya hubungan spesial dulu sama cowok” Rae
berlalu. Dia harus mmikirkan banyak pemakei diluar sana bagaimana cara
mendekati mereka supaya tidak ada lagi Kenji ke 2 atau ke 3 nantinya, soal hati
dipendam lebih lama tidak akan apa-apa. Hanya saja harus membiasakan diri untuk
bisa menerima semuanya. Kenji masih hidup dihatinya dan mustahil untuk dia bisa sempurna jatuh cinta pada laki-laki lain tanpa embel-embel Kenji,
sepertinya cinta Rae pada Dana tidak akan pernah sempurna. Akhirnya Dana lah yang memutuskan untuk menerima atau mempertahankan ke egoisannya untuk menjadi yang pertama dan sempurna di cintai Rae.
22/2/2011
Sulas sky
Komentar
Posting Komentar
Nah, setelah membaca ingin menyampaikan sesuatu dunk, silahkan !! dan terima kasih sebelumnya :)